Searching...
Jumat, 06 Juli 2012

Jadilah Suami-istri Bijak


MENAPAKI kehidupan berumahtangga pastilah tak akan sepi dari silih berganti masalah dan ujian kesabaran. Namun demikian, masalah dan ujian kesabaran, sejatinya bukanlah pengganggu ketenangan semata. Karena, bersamanya justru Allah SWT memberikan kesempatan bagi setiap pasangan untuk membangun kedewasaan, melapangkan kesabaran, dan membuka cakrawala kebijaksanaan. Sebuah kesempatan  yang tak akan didapatkan kecuali oleh orang-orang yang menyediakan dirinya tulus berjuang dalam ikatan pernikahan.   
Namun demikian, tentunya membangun ketulusan dalam menghadapi masalah juga memerlukan cakrawala berpikir yang harus dibentangkan seluas mungkin, keterbukaan dalam mengakui adanya masalah dan mungkin mengakui kesalahan, serta tuntunan teladan dari junjungan kita Rasulullah Saw dan orang-orang saleh.  
Membuka cakrawala berpikir, menemukan kembali tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya serta menumbuhkan kembali semangat mengikutinya untuk menghadirkan kebahagiaan di dalam berumahtangga, itulah yang disodorkan oleh buku ini.   
Berangkat dari berbagai permasalahan yang nyata terjadi dalam lingkup keluarga, buku ini mengajak kita menyelami masalah dari dasarnya. Meski formula penyelesaian problem yang tepat mungkin sudah banyak diajukan oleh buku yang lain, tetapi bagaimana menyikapinya dengan bijak adalah kekuatan buku ini.
Kebijaksanaan tersebut tentu tak lain dan tak bukan hadir dari tuntunan ayat-ayat-Nya dan teladan Rasul-Nya yang senantiasa menjadi rujukan dan cermin utama dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diangkat. Juga yang memegang peran penting, yaitu ketulusan hati yang berasal dari nurani yang bening dalam melihat permasalahan.    
Seperti salah satu judul yang menjadi bahasan pertama dalam buku ini yaitu Masihkah Memilih Islam Pasca Akad. Dalam bahasan ini, penulis berusaha untuk mengajak pembacanya untuk meninjau kembali, apakah Islam masih merupakan pilihan terbaik bagi setiap pasangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, setelah akad tersambung dengan langit di hari pernikahan. Sebab, seringkali, pilihan untuk menyikapi kebahagiaan  dan permasalahan  yang datang dalam kehidupan berkeluarga bukanlah lagi datang dari bagaimana Islam mengaturnya. Akan tetapi, bagaimana orangtua telah mewariskannya secara turun-temurun atau bagaimana masyarakat telah terbiasa melakukannya. Meski apa yang diwariskan orangtua dan dibiasakan masyarakat tak sepenuhnya buruk tetapi apa yang dimaklumkan oleh merekalah yang seringkali kita pahami sebagai standar keharusan.
Padahal sungguh, kehidupan pasca akad bukanlah hak mutlak bagi pasangan suami-sitri untuk “mau bagaimana” menjalaninya. Buku ini mengingatkan kita kembali untuk menyadari bahwa ada kehendak Allah SWT dan Rasul-Nya dalam memberi tuntunan bagaimana seharusnya bertindak. Agar kehidupan suami-istri tersebut tak hanya memberi kebahagiaan bagi keduanya. Namun, juga keberkahan dan kemanfaatan untuk anak-anaknya kelak, keluarga besar, masyarakat dan menjadi unit penopang terkecil bagi kemuliaan Islam.
Oleh karena itu, buku ini membukakan catatan sejarah ketika empat sahabat yang tak menaati perintah berjihad di perang Tabuk, harus menerima keputusan Rasulullah Saw yang melewati “pagar” kedaulatan rumah tangga yang mereka pimpin. Guna tunduk patuh dan tulus ikhlas menerima hukuman atas kesalahan yang mereka perbuat. Sekali lagi, untuk mengukuhkan ketulusan dan keikhlasan menerima titah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Inilah keindahan berumahtangga yang ingin diungkapkan oleh buku ini. Keindahan dan ketenangan yang hadir manakala menyadari bahwa ranah rumah tangga pun bukan semata dibawah kesewenangan pribadi tetapi harus tulus menerima tuntunan Sang Pencipta.
Disamping itu, berbagai penjelasan ilmiah pun diungkapkan oleh buku ini berkaitan dengan berbagai penyebab masalah yang kerap kali hadir. Penjelasan-penjelasan yang akan membuat kita semakin lapang dalam menerima ketidak-sesuaian dan membuat kita semakin rasional dalam merumuskan pemecahan masalah.
Tak hanya berhenti pada pembahasan urusan suami-istri, buku ini juga mengajak pembacanya yang tentu juga merupakan orangtua atau calon orangtua untuk mempersiapkan anak-anaknya menjadi generasi tangguh. Generasi yang kelak mewarisi ke-brillian-an Sultan Muhammad Al-Fatih, kecakapan Usamah bin Zaid, ketangguhan Thoriq bin Ziyad, dan kecerdasan Aisyah ra, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Buya HAMKA, serta keberanian seorang Cut Nyak Dhien dan Syarifuddin Prawiranegara dalam membela negaranya. Buku ini membuka cakrawala berpikir bagi kita dengan sudut yang berbeda.
Terakhir, buku ini juga mengajak setiap pasangan suami-istri  untuk menyegarkan kembali hubungan yang telah dibina dengan saling memperhatikan setiap titik pesona yang mungkin selama ini terlewati, terutama pada diri sang istri. Mengapa ini menarik, karena seorang istri juga berarti seorang ibu yang akan mendampingi anak-anaknya di jalan Rabb-Nya sekaligus agen perubahan demi kemuliaan martabat ummat. Yang juga membutuhkan perhatian dan pengembangan potensi.
Sekali lagi, berumahtangga adalah kesempatan dari Allah SWT untuk menjadi pribadi luar biasa yang tumbuh bersama pasangan untuk saling memuliakan, membawa keberkahan bagi dunia, sekaligus sebagai titian yang tak pernah putus untuk mengabdikan diri sebagai hamba yang sebaik-baiknya. Karena semua itulah, buku ini sangat penting untuk segera Anda miliki.*Ibnu Syafaat  

Rep: Ibnu Syafaat
Red: Cholis Akbar


Penulis : Kartika Ummu Arina
Penerbit : Zamzam, Solo
Hal. : 180 halaman
Berat : 280gr

Harga Rp. 35.000,-

0 komentar:

 
Back to top!