MENAPAKI kehidupan berumahtangga pastilah tak akan sepi dari
silih berganti masalah dan ujian kesabaran. Namun demikian, masalah dan ujian
kesabaran, sejatinya bukanlah pengganggu ketenangan semata. Karena, bersamanya
justru Allah SWT memberikan kesempatan bagi setiap pasangan untuk membangun
kedewasaan, melapangkan kesabaran, dan membuka cakrawala kebijaksanaan. Sebuah
kesempatan yang tak akan didapatkan kecuali oleh orang-orang yang
menyediakan dirinya tulus berjuang dalam ikatan pernikahan.
Namun demikian, tentunya membangun ketulusan dalam
menghadapi masalah juga memerlukan cakrawala berpikir yang harus dibentangkan
seluas mungkin, keterbukaan dalam mengakui adanya masalah dan mungkin mengakui
kesalahan, serta tuntunan teladan dari junjungan kita Rasulullah Saw dan
orang-orang saleh.
Membuka cakrawala berpikir, menemukan kembali tuntunan Allah
SWT dan Rasul-Nya serta menumbuhkan kembali semangat mengikutinya untuk
menghadirkan kebahagiaan di dalam berumahtangga, itulah yang disodorkan oleh
buku ini.
Berangkat dari berbagai permasalahan yang nyata terjadi
dalam lingkup keluarga, buku ini mengajak kita menyelami masalah dari dasarnya.
Meski formula penyelesaian problem yang tepat mungkin sudah banyak diajukan
oleh buku yang lain, tetapi bagaimana menyikapinya dengan bijak adalah kekuatan
buku ini.
Kebijaksanaan tersebut tentu tak lain dan tak bukan hadir
dari tuntunan ayat-ayat-Nya dan teladan Rasul-Nya yang senantiasa menjadi
rujukan dan cermin utama dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diangkat.
Juga yang memegang peran penting, yaitu ketulusan hati yang berasal dari nurani
yang bening dalam melihat permasalahan.
Seperti salah satu judul yang menjadi bahasan pertama dalam
buku ini yaitu Masihkah Memilih Islam Pasca Akad. Dalam bahasan ini, penulis
berusaha untuk mengajak pembacanya untuk meninjau kembali, apakah Islam masih
merupakan pilihan terbaik bagi setiap pasangan dalam menjalani kehidupan
sehari-harinya, setelah akad tersambung dengan langit di hari pernikahan.
Sebab, seringkali, pilihan untuk menyikapi kebahagiaan dan permasalahan
yang datang dalam kehidupan berkeluarga bukanlah lagi datang dari
bagaimana Islam mengaturnya. Akan tetapi, bagaimana orangtua telah
mewariskannya secara turun-temurun atau bagaimana masyarakat telah terbiasa
melakukannya. Meski apa yang diwariskan orangtua dan dibiasakan masyarakat tak
sepenuhnya buruk tetapi apa yang dimaklumkan oleh merekalah yang seringkali
kita pahami sebagai standar keharusan.
Padahal sungguh, kehidupan pasca akad bukanlah hak mutlak
bagi pasangan suami-sitri untuk “mau bagaimana” menjalaninya. Buku ini
mengingatkan kita kembali untuk menyadari bahwa ada kehendak Allah SWT dan
Rasul-Nya dalam memberi tuntunan bagaimana seharusnya bertindak. Agar kehidupan
suami-istri tersebut tak hanya memberi kebahagiaan bagi keduanya. Namun, juga
keberkahan dan kemanfaatan untuk anak-anaknya kelak, keluarga besar, masyarakat
dan menjadi unit penopang terkecil bagi kemuliaan Islam.
Oleh karena itu, buku ini membukakan catatan sejarah ketika
empat sahabat yang tak menaati perintah berjihad di perang Tabuk, harus
menerima keputusan Rasulullah Saw yang melewati “pagar” kedaulatan rumah tangga
yang mereka pimpin. Guna tunduk patuh dan tulus ikhlas menerima hukuman atas
kesalahan yang mereka perbuat. Sekali lagi, untuk mengukuhkan ketulusan dan
keikhlasan menerima titah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Inilah keindahan berumahtangga yang ingin diungkapkan oleh
buku ini. Keindahan dan ketenangan yang hadir manakala menyadari bahwa ranah
rumah tangga pun bukan semata dibawah kesewenangan pribadi tetapi harus tulus
menerima tuntunan Sang Pencipta.
Disamping itu, berbagai penjelasan ilmiah pun diungkapkan
oleh buku ini berkaitan dengan berbagai penyebab masalah yang kerap kali hadir.
Penjelasan-penjelasan yang akan membuat kita semakin lapang dalam menerima
ketidak-sesuaian dan membuat kita semakin rasional dalam merumuskan pemecahan
masalah.
Tak hanya berhenti pada pembahasan urusan suami-istri, buku
ini juga mengajak pembacanya yang tentu juga merupakan orangtua atau calon
orangtua untuk mempersiapkan anak-anaknya menjadi generasi tangguh. Generasi
yang kelak mewarisi ke-brillian-an Sultan Muhammad Al-Fatih, kecakapan Usamah
bin Zaid, ketangguhan Thoriq bin Ziyad, dan kecerdasan Aisyah ra, Ibnu Sina,
Ibnu Khaldun, Buya HAMKA, serta keberanian seorang Cut Nyak Dhien dan
Syarifuddin Prawiranegara dalam membela negaranya. Buku ini membuka cakrawala
berpikir bagi kita dengan sudut yang berbeda.
Terakhir, buku ini juga mengajak setiap pasangan suami-istri
untuk menyegarkan kembali hubungan yang telah dibina dengan saling
memperhatikan setiap titik pesona yang mungkin selama ini terlewati, terutama
pada diri sang istri. Mengapa ini menarik, karena seorang istri juga berarti
seorang ibu yang akan mendampingi anak-anaknya di jalan Rabb-Nya sekaligus agen
perubahan demi kemuliaan martabat ummat. Yang juga membutuhkan perhatian dan
pengembangan potensi.
Sekali lagi, berumahtangga adalah kesempatan dari Allah SWT
untuk menjadi pribadi luar biasa yang tumbuh bersama pasangan untuk saling
memuliakan, membawa keberkahan bagi dunia, sekaligus sebagai titian yang tak
pernah putus untuk mengabdikan diri sebagai hamba yang sebaik-baiknya. Karena
semua itulah, buku ini sangat penting untuk segera Anda miliki.*Ibnu Syafaat
Rep: Ibnu Syafaat
Red: Cholis Akbar
Red: Cholis Akbar
Penulis : Kartika Ummu Arina
Penerbit : Zamzam, Solo
Hal. : 180 halaman
Hal. : 180 halaman
Berat : 280gr
Harga Rp. 35.000,-
0 komentar:
Posting Komentar